29 December 2009

Paip Gas Dan Pemajuan Pantai Kota Belud Jaminan Musa Aman

MERECU TANDA kemajuan Kota Belud akan terus terserlah apabila Datuk Musa Aman memberi jaminan bahawa paip gas akan dibina di Kota Belud. Kemungkinan pembinaan paip gas tersebut akan dibangun di Kuala Abai. Dengan terbangunnya paip gas ini, selain menaik taraf kemudahan sumber pekerjaan daerah termisikin di Sabah,ianya juga dapat menjana perekonomian rakyat secara umumnya.

Pantai Kota Belud juga tidak terlepas pandang oleh Ketua Menteri itu. Pantai Kota Belud merupakan pantai terpanjang di negeri Sabah. Kawasannya yang landai dan terbuka kepada tiupan angin Barat Utara, menyediakan deruman ombak yang sesuai untuk skiing. Tidak keterlaluan jika suatu hari kelak, Pantai Kota Belud akan menyamai Pantai Kuta Bali yang masyhor di dunia itu.

Kalau lah teori orang politik di kala ini, apa yang dijanji mesti dikotakan,maka sebagai warga Kota Belud sangat berbangga dengan janji Musa Aman ini.

28 December 2009

Pemikiran Machiavelli Berakar Umbi Di Negara Kita

Artikel saya kali ini berlegar di atas isu kuasa (power). Saya rasa isu ini amat perlu direnungi bagi kita memahami apa itu kuasa politik.

Mungkin tidak keterlaluan jika saya menyimpulkan bahawa pemikiran Machiavelli membawa pengaruh yang besar kepada gerakan sekular yang merupakan pendekatan sebuah parti perkauman di negara kita ini.

Siapa dia Machiavelli ini? Beliau adalah seorang penjawat awam di Florentine, Itali. Beliau juga adalah seorang 'political theorist'. Nama sebenar beliau adalah Niccolò Machiavelli. Pada tahun 1513 beliau telah menulis satu buku bertajuk 'The Prince' atau di dalam bahasa Itali dikenali sebagai De Principatibus (About Principalities), Meskipun ditulis pada tahun 1513 namun buku beliau tersebut hanya diterbitkan pada 1532 iaitu lima tahun selepas kematiannya.

Tujuan asal buku 'The Prince' ditulis adalah sebagai satu panduan atau rujukan kepada seorang anak raja tentang bagaimana beliau mahu mengekalkan kuasanya dan keduanya bagaimana nak mengekalkan wilayah kuasanya.

Dengan lain perkataan tujuan buku tersebut adalah bagi memastikan anak raja tersebut terus berkuasa. Machiavelli berpendapat bagi mengekalkan kuasa, anak raja tersebut berhak menggunakan apa sahaja cara sama ada cara tersebut adil atau zalim. Yang penting bagaimana ia boleh terus berkuasa.

Di dalam 'The Prince' Machiavelli antara lain menyatakan bahawa adalah mustahak seorang pemimpin itu disayangi dan ditakuti oleh rakyatnya. Namun untuk disayangi dan ditakuti dalam masa yang sama adalah sesuatu yang sukar, Machiavelli menasihati adalah lebih baik untuk seorang pemimpin itu ditakuti daripada disayangi oleh rakyatnya

Pemikiran Machiavelli yang mengagungkan prinsip matlamat menghalalkan cara (al-ghayah tubarrirul wasilah) boleh dikatakan sehingga kini mendominasi pemikiran ahli-ahli politik sekular sama ada di negara-negara Barat mahupun negara-negara umat Islam khususnya negara-negara umat Islam yang pernah dijajah seperti Malaysia.

Pemikiran Machiavelli adalah pemikiran yang amat jauh dari cahaya ilahi. Ia amat sesuai dengan para pemimpin yang menganggap dunia adalah segala-galanya  tiada sebarang akauntabiliti di alam yang kekal iaitu alam akhirat. Sebab itu kita boleh melihat pemimpin yang diselaputi oleh pemikiran Machiavelli akan sentiasa memikirkan bagaimana ingin terus berkuasa dan bagaimana rakyat terus takut kepada mereka.

Mereka akan bersedia menindas dan menzalimi rakyat semata-mata kerana ingin terus berkuasa. Sebagai contoh bagi mengekalkan kuasa, mereka akan sanggup melakukan rasuah (diubah dengan kalimah 'politik wang'). Mereka juga tidak kisah menggunakan undang-undang zalim kerana yang penting bagi mereka adalah kuasa. Kuasa adalah segala-galanya.

Mereka tidak peduli dengan kebenaran hatta jika datang dari Allah sekalipun. Ini kerana bagi mereka sepertimana yang dikatakan oleh Hans Morgenthau "kebenaran mengancam kuasa dan kuasa pula akan mengancam kebenaran" (truth threatens power, and power threatens truth).

Dengki Itu Menghancurkan

Rasulullah saw. bersabda, “Hindarilah dengki karena dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan (menghancurkan) kayu bakar.” (Abu Daud).

Dengki (hasad), kata Imam Al-Ghazali, adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu. Dengki dapat merayapi hati orang yang merasa kalah wibawa, kalah popularitas, kalah pengaruh, atau kalah pengikut. Yang didengki tentulah pihak yang dianggapnya lebih dalam hal wibawa, polularitas, pengaruh, dan jumlah pengikut. Tidak mungkin seseorang merasa iri kepada orang yang dianggapnya lebih “kecil” atau lebih lemah. Sebuah pepatah Arab mengatakan, “Kullu dzi ni’matin mahsuudun.” (Setiap yang mendapat kenikmatan pasti didengki).

Hadits itu menegaskan kepada kita bahwa dengki itu merugikan. Yang dirugikan bukanlah orang yang didengki, melainkan si pendengki itu sendiri. Di antara makna memakan kebaikan, seperti yang disebutkan dalam hadits di atas, dijelaskan dalam kitab ‘Aunul Ma’bud, “Memusnahkan dan menghilangkan (nilai) ketaatan pendengki sebagaimana api membakar kayu bakar. Sebab kedengkian akan mengantarkan pengidapnya menggunjing orang yang didengki dan perbuatan buruk lainnya. Maka berpindahlah kebaikan si pendengki itu pada kehormatan orang yang didengki. Maka bertambahlah pada orang yang didengki kenikmatan demi kenikmatan sedangkan si pendengki bertambah kerugian demi kerugian. Sebagaimana yang Allah firmankan, “Ia merugi dunia dan akhirat.” (‘Aunul Ma’bud juz 13:168)

Hilangnya pahala itu hanyalah salah satu bentuk kerugian pendengki. Masih banyak kebaikan-kebaikan atau peluang-peluang kebaikan yang akan hilang dari pendengki, antara lain:

Pertama, mengalami kekalahan dalam perjuangan. Orang yang dengki perilakunya sering tidak terkendali. Dia bisa terjebak dalam tindakan merusak nama baik, mendiskreditkan, dan menghinakan orang yang didengkinya. Dengan cara itu ia membayangkan akan merusak citra, kredibilitas, dan daya tarik orang yang didengkinya. Dan sebaliknya, mengangkat citra, nama baik dan kredibilitas pihaknya. Namun kehendak Allah tidaklah demikian. Rasulullah saw. bersabda:

Dari Jabir dan Abu Ayyub Al-Anshari, mereka mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada seorang pun yang menghinakan seorang muslim di satu tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan menghinakan orang (yang menghina) itu di tempat yang ia inginkan pertolongan-Nya. Dan tidak seorang pun yang membela seorang muslim di tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan membela orang (yang membela) itu di tempat yang ia menginginkan pembelaan-Nya.” (Ahmad, Abu Dawud, Ath-Thabrani)

Kedua, meruntuhkan kredibilitas. Ketika seseorang melampiaskan kebencian dan kedengkian dengan melakukan propaganda busuk, hasutan, dan demarketing kepada pihak lain, jangan berangan bahwa semua orang akan terpengaruh olehnya. Yang terpengaruh hanyalah orang-orang yang tidak membuka mata terhadap realitas, tidak dapat berpikir objektif, atau memang sudah “satu frekuensi” dengan si pendengki. Akan tetapi banyak pula yang mencoba melakukan tabayyun, cari informasi pembanding, dan berusaha berpikir objektif. Nah, semakin hebat gempuran kedengkian dan kebencian itu, bagi orang yang berpikir objektif justru akan semakin tahu kebusukan hati si pendengki. Orang yang memiliki hati nurani ternyata tidak senang dengan fitnah, isu murahan, atau intrik-intrik pecundang. Di mata mereka orang-orang yang bermental kerdil itu tidaklah simpatik dan tidak mengundang keberpihakan.

Orang yang banyak melakukan provokasi dan hanya bisa menjelek-jelekkan pihak lain juga akan terlihat di mata orang banyak sebagai orang yang tidak punya program dalam hidupnya. Dia tampil sebagai orang yang tidak dapat menampilkan sesuatu yang positif untuk “dijual”. Maka jalan pintasnya adalah mengorek-ngorek apa yang ia anggap sebagai kesalahan. Bahkan sesuatu yang baik di mata pendengki bisa disulap menjadi keburukan. Nah, mana ada orang yang sehat akalnya suka cara-cara seperti itu?

Ketiga, mencukur gundul agama. Rasulullah saw. bersabda, “Menjalar kepada kalian penyakit umat-umat (terdahulu): kedengkian dan kebencian. Itulah penyakit yang akan mencukur gundul. Aku tidak mengatakan bahwa penyakit itu mencukur rambut, melainkan mencukur agama.” (At-Tirmidzi)

Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Akan tetapi Islam yang dibawa oleh orang yang di dadanya memendam kedengkian tidak akan dapat dirasakan rahmatnya oleh orang lain. Bahkan pendengki itu tidak mampu untuk sekadar menyungging senyum, mengucapkan kata ‘selamat’, atau melambaikan tangan bagi saudaranya yang mendapat sukses, baik dalam urusan dunia maupun terkait dengan sukses dalam perjuangan. Apatah lagi untuk membantu dan mendukung saudaranya yang mendapat sukses itu. Dengan demikian Islam yang dibawanya tidak produktif dengan kebaikan alias gundul.

Keempat, menyerupai orang munafik. Perilaku dan sikap pendengki mirip perilaku orang-orang munafik. Di antara perilaku orang munafik adalah selalu mencerca dan mencaci apa yang dilakukan oran lain terutama yang didengkinya. Jangankan yang tampak buruk, yang nyata-nyata baik pun akan dikecam dan dianggap buruk. Allah swt. menggambarkan perilaku itu sebagai perilaku orang munafik. Abi Mas’ud Al-Anshari –semoga Allah meridhainya– mengatakan, saat turun ayat tentang infaq para sahabat mulai memberikan infaq. Ketika ada orang muslim yang memberi infaq dalam jumlah besar, orang-orang munafik mengatakan bahwa dia riya. Dan ketika ada orang muslim yang berinfak dalam jumlah kecil, mereka mengatakan bahwa Allah tidak butuh dengan infak yang kecil itu. Maka turunlah ayat 79 At-Taubah. (Bukhari dan Muslim)

Benarlah ungkapan seorang ulama salaf: “Al-hasuudu laa yasuud (pendengki tidak akan pernah sukses).” (Kasyful-Khafa 1:430).

Kelima, tidak mampu memperbaiki diri sendiri. Orang yang dengki, manakala mengalami kekalahan dan kegagalan dalam perjuangan cenderung mencari-cari kambing hitam. Ia menuduh pihak luar sebagai biang kegagalan dan bukannya melakukan muhasabah (introspeksi). Semakin larut dalam mencari-cari kesalahan pihak lain akan semakin habis waktunya dan semakin terkuras potensinya hingga tak mampu memperbaiki diri. Dan tentu saja sikap ini hanya akan menambah keterpurukan dan sama sekali tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun untuk mewujudkan kemenangan yang didambakannya.

Keenam, membuat gelap mata dan tidak dapat melihat kebenaran. Dengki membuat pengidapnya tidak dapat melihat kelemahan dan kekurangan diri sendiri; dan tidak dapat melihat kelebihan pada pihak lain. Akibatnya, jalan kebenaran yang terang benderang menjadi kelam tertutup mega kedengkian. Apa pun yang dikatakan, apa pun yang dilakukan, dan apa pun yang datang dari orang yang dibenci dan didengkinya adalah salah dan tidak baik. Akhirnya, dia tidak dapat melaksanakan perintah Allah swt. sebagaimana yang disebutkan dalam ayat, “Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal.” (Az-Zumar:18)

Ketujuh, membebani diri sendiri. Orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh iri dengki hidupnya menanggung beban berat yang tidak seharusnya ada. Bayangkan, setiap melihat orang lain yang didengkinya dengan segala kesuksesannya, mukanya akan menjadi tertekuk, lidahnya mengeluarkan sumpah serapah, bibirnya berat untuk tersenyum, dan yang lebih bahaya hatinya semakin penuh dengan dengki, marah, benci, curiga, kesal, kecewa, resah, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Enakkah kehidupan yang penuh dengan perasaan itu? Tentu saja menyesakkan. Dalam bahasa Al-Qur’an, bumi yang luas ini dirasakan sumpek. Seperti layaknya penyakit, ketika dipelihara akan mendatangkan penyakit lainnya. Demikian pula penyakit hati yang bernama iri dengki. Bila dia tidak dihilangkan akan mengundang penyakit-penyakit lainnya. Maha Benar Allah yang telah berfirman, “Di dalam hati mereka ada penyakit maka Allah tambahkan kepada mereka penyakit (lainnya).” (Al-Baqarah: 10)

Betapa sulitnya kita menghimpun kebaikan dan meraih kemenangan. Maka janganlah diperparah dan dipersulit dengan membiarkan dengki menguasai hati kita. Mari berlomba dalam kebaikan. Allahu a’lam.

26 December 2009

Sinopsis Politik Kota Belud Dan Agendanya

APABILA Datuk Salleh Said mengumumkan akan merebut jawatan Ketua Bahagian Umno Kota Belud, ramai ahli Umno mempersoalkan niat itu. Alasan yang diberikan bahawa Salleh telah tidak mempertahankan jawatan tersebut walaupun 3 tahun sebelumnya Salleh layak mempertahankan jawatan ketua Bahagian.

Persoalan yang berulang-ulang dikalangan ahli Umno malah rakyat bukan ahli misi apakah yang Salleh bawa kali ini. Apakah kerana ekoran pengugguran sebagai calon pilihanraya merupakan salah satu faktor sebab musabab Salleh kembali aktif dalam kepartian peringkat daerah?
 

Persoalan ini hinggakini belum terjawab. Sepak terajang Salleh dalam politik daerah sukar untuk dibaca kerana sinonimnya nama Salleh dalam politik daerah.

Seorang mantan Ketua Menteri dan mantan ahli parlimen dan mantan ADUN semasa memunacaknya kerjaya politik Salleh adalah merupakan rekod dalam profil pribadinya dalam perpolitikan daerah, yakni Daerah Kota Belud.

Suatu ketika diambang PRU-12 ramai dikalangan ahli Umno dan rakyat Kota Belud telah yakin dan percaya bahawa Salleh akan terus dicalonkan sebagai wakil BN dalam pilihanraya tersebut. Faktor yang membenarkan isu tersebut adalah Salleh masih muda, masih bertenaga, kemimpinannya masih diperlukan di peringkat daerah memandangkan status daerah yang tersenarai dalam rekod Jabatan Kebajikan sebagai daerah termiskin selepas daerah Pitas, Kudat.

Namun apa yang telah berlaku, semua rakyat telah tahu, bahawa Salleh tidak terpilih sebagai calon bersama-sama Tan Sri Pandikar Amin dan Datuk Amir Kahar Tun Mustapaha.

Diambang PRU-12 tersebut, keadaan para penyokong ketiga-tiga pemimpin ini seolah-olah dilanggar tsunami, bertempiran, malah ada yang terlupa akan asas perjuangan.

Walaupun ketiga-tiga pemimpin ini bertindak bijak dengan terus mengeluarkan kenyataan bahawa perjuangan mereka tetap bersama BN dengan diselitkan gambar bersama Datuk Musa Aman berpegangan tangan menunjukkan kesatuhatian mereka, namun para penyokong mereka tetap ada yang melakukan kerja-kerja protes.

Tanda-tanda protes tersebut nampak sangat melalui undi protes di semua peti undi. Jika pada pilihanraya ke-11 (2004) kemenangan BN bagi parlimen Kota Belud majoritinya melebihi 6,000 undi, telah bertukar kepada dibawah 2,000 undi pada tahun 2008.

Bagi Dun Usukan dan Tempasuk pula semua peti undi di mana terdapat majoriti suku Irranun, semua peti undi BN kalah baik peringkat parlimen maupun negeri, kecuali peti undi kg Peladok, dimana Datuk Musbah Jamli sebagai calon BN menang dengan kelebahan 13 undi.

Berbalik kepada pemilihan ketua bahagian Umno Kota Belud, walaupun Datuk Musbah Jamli mendapat sekali ganda banyak pencalonan untuk mempertahan jawatan itu, ternyata apabila para perwakilan mengundi, mereka mengembalikan Salleh ke jawatan asal politiknya dengan kelebihan 47 undi.

Cara pemilihan lama Umno telah berlalu,corak pemilihan pada tahun 2011 jika tiada penudaan akan berlainan. Jumlah para pemilih akan bertambah (mekanismenya belum penulis ketahui cara dan bagaimana pengundian tersebut akan dilaksanakan) yang pastinya menjadi teka teki bagi para ahli Umno bahagian siapakah gerangan yang menerajui bahagian itu pada tahun 2011.

Datuk Musbah Jamli dengan kapasitinya sebagai pembantu menteri pertanian dan asas tani Negeri sedaya upaya mencorakkan kepimpinannya di mata rakyat. Agendanya memajukan rakyat miskin terutama petani, nelayan dan peternak serta pekebun terus diuar-uarkannya melalui projek Agropolitan dan jelapang padinya.

Acara turun padang Datuk Musbah Jamli selain disiarkan di dada-dada akhbar tempatan juga dibantu oleh Blognya Sendiri Blog Adun-6 Tempasuk, yang secara berkala menyiarkan kegiatan-kegiatan turun padang ADUN Tempasuk ini.

Musbah menyahut seruan DS Najib bahawa jawatan dalam parti tidak semastinya menjjadi ilihannya dalam PRU-13, namun calon adalah pilihan rakyat itu sendiri. Rakyat akan menilai individu yang akan diketengahkan melalui laporan-laporan agensi yang ditugaskan membuat laporan seperti JASA, KEMAS, anggota keselamatan, malah pemimpin akar umbi.

Peranan bloger juga akan diambilkira,kerana menurut Najib, media alternative ini kini telah melanda Negara, kerana itu maklumat daripadanya tidak boleh diambil mudah.

Laporan para NGO akan diambilkira dalam penentuan calon, kerana itu rekod wakil rakyat atau individu tertentu yang mempunyai cita-cita menjadi wakil rakyat adalah jasa pemimpin tersebut kepada rakyat, kebaikan kepada rakyat dan dekatnya dengan rakyat.

Rakyat masa kini telah bijak menyaring isu,maklumat atau berita sensasi. Rakyat kini menilai melalui pencapaian khasnya pencapaian fizikal. Bagi rakyat, hanya pembangunan fizikal sahaja yang boleh membantu mereka meneruskan kehidupan.

Cerita halusinasi tidak lagi menjadi penarik kepada rakyat, kerana bagi rakyat khasnya yang pendidikan mereka telah mengerti bahawa telah tibanya kerajaan mengalami kemampatan dalam penyediaan pekerjaan yang berbentuk makan gaji.

Bagi mereka yang berpendidikan apa yang mereka hendak adalah penyediaan peluang untuk diterokai. Mereka menginginkan keterbukaan peluang, peluang untuk berniaga, peluang mendapatkan kemudahan pinjaman bank, kemudahan mendapatkan pelesenan dan kemudahan infrastruktur yang memudahkan perniagaan mudah dilaksanakan.

Bagi generasi kini,mereka tidak lagi suka kepada hubungan kabel, mereka lebih suka kepada keterbukaan dan keadilan.Bagi mereka, keterbukaan adalah asas kepada kemajuan, asas kepada pencapaian, kerana hanya melalui keterbukaan, maka maklumat mudah diperolehi.

Tanpa keterbukaan, maka unsur pilihkasih akan terus wujud, unsur rasuah akan terus wujud, faktor ini adalah unsur pembantut bagi mereka yang baru dalam dunia perniagaan,kerana mereka tidak akan mampu bersaing dengan peniaga yang telah mempunyai kabel dan orang dalam.

Apakah pimpinan Kota Belud akan menjadikan isu-isu yang disebutkan di atas sebagai wadah perjuangan mereka? Atau kah rakyat umumnya dan khasnya ahli parti akan menentukan pemimpin pilihan mereka pada pemilihan parti maupun PRU-13 akan datang?

Terserah kepada para pemimpin yang ada sekarang dan bakal pemimpin atau rakyat serta ahli parti menentukanya. Fikirkan lah!

24 December 2009

71 MP BN Tidak Hadir Undi Bajet 2010 Satu Persoalan Kepada DS Najib

Kemenangan tipis Barisan Nasional (BN) dalam pengundian Bajet 2010 di Dewan Rakyat 14 Disember lalu membawa  persepsi bahawa DS Najib Tun Razak menghadapi krisis keyakinan.

"Hakikat bahawa 71 orang ahli Parlimen BN tidak hadir dalam pengundian untuk menerima belanjawan sulung yang dibentangkan oleh Najib tidak dilihat sebagai suatu kebetulan semata-mata oleh pasaran dan tokoh-tokoh perniagaan.

Dalam peristiwa itu, BN dibawa kerajaan Najib melalui saat paling mencemaskan apabila jumlah undi diperolehi terlalu tipis, di mana BN berjaya mengatasi pembangkang hanya dengan tiga undi sahaja (66-63) untuk membolehkan Bajet 2010 akhirnya diluluskan.

Mengenai apa yang didakwa sebagai reformasi ekonomi yang cuba ditonjolkan sebagai kekuatan Najib, tidak mendapat keyakinan kepada 71 MP?

Manakala pandangan (Prof) Jomo (K Sundaram) bahawa dasar ekonomi terbuka Najib tidak menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi negara dipandang serius oleh pasaran.


21 December 2009

Hak Melayu dan Pribumi Akan Hilang Kerana Asas Kesamaan Pakatan: Presiden Perkasa

KANGAR 20 Dis. – Hak ketuanan Melayu akan hilang di Malaysia jika Parti Keadilan Rakyat (PKR) dan Pas terus diperalatkan DAP untuk menumbangkan UMNO menerusi sistem pilihan raya umum.

Presiden Pertubuhan Pribumi Perkasa Negara (Perkasa), Datuk Ibrahim Ali berkata, tanda-tanda ke arah itu semakin ketara ditunjukkan terutama di Selangor, Perak dan Pulau Pinang.

Menurutnya, sejak kebelakangan ini golongan bukan Melayu terutama Cina dan India semakin berani mempertikaikan hak ketuanan Melayu dan bumiputera di Malaysia.

“Mereka yang terdiri daripada ahli-ahli politik itu kian berani bertindak kerana puak-puak ini bersekongkol dengan PKR dan Pas,” katanya.

Beliau berkata demikian ketika berucap melancarkan Perkasa Perlis yang dihadiri kira-kira 500 orang di Hotel Putra Palace di sini malam tadi.

Ibrahim memberitahu, salah satu sebab bukan Melayu kian berani mempertikaikan hak ketuanan di negara ini ialah kerana mereka bersekongkol dan mendapat sokongan daripada PKR dan Pas.

Contohnya, kata beliau, apabila Penasihat PKR, Datuk Seri Anwar Ibrahim yang bercita-cita untuk menjadi Perdana Menteri terus diperalatkan bukan Melayu terutama DAP.

“Anwar sahabat saya. Beliau mahu menjadi Perdana Menteri dan menggunakan pelbagai cara bagi mencapai cita-cita itu. Anwar menjanjikan pelbagai ganjaran mengikut kemahuan orang Cina dan India yang menyokongnya.

“Orang Melayu di Malaysia perlu sedar, bahawa kedudukan mereka di tanah air sendiri kini umpama telur di hujung tanduk,” tegasnya.

Selain itu, Ibrahim menyatakan bahawa UMNO kini sedang berlumba- lumba dengan Pas untuk mendapatkan sokongan bagi meraih undi Cina melalui pilihan raya.

“Perkasa mendapati bukan sahaja Pas cenderung meraih undi Cina, UMNO pun sama. Dalam hal ini, Perkasa mengingatkan semua parti jangan sesekali menggadai maruah dan hak ketuanan Melayu hanya kerana kepentingan parti,” ujarnya.

Sehubungan itu, beliau mengingatkan ahli Perkasa agar sentiasa berani bertindak demi hak pribumi di Malaysia.

19 December 2009

Politik Kota Belud Hilang Kabut Nampaklah Gunung

Politik Kota Belud tidak sunyi daripada deruman ombak. Sejarah politik Kota Belud memang mewariskan hiruk pikuk yang berpanjangan, hingar bingar bagai muzik rock yang memekakkan telinga, mendengusnya jantung, memanaskan kepala malah mengerasnya kepalan tangan.

Politik Kota Belud tempatnya menguji minda orang berpolitik, mana kan tidaknya, kawasan ini yang paling ramai mencipta kepimpinan tertinggi negeri. Cuba tanya, jawatan apa yang belum disandang oleh wakil Kota Belud dalam arena politik di peringkat negeri? Semua jawatan pernah dipangku, apakah jawatan gabnor, ketua menteri ataupun menteri, malah speaker dewan undangan pun pernah disandang oleh wakil rakyat Kota Belud.

Poiltik Kota Belud juga mewarisi warna warni perpolitikan negeri. Kalau bukan kerana Kota Belud, Umno yang memerintah sekarang, belum tentu akan tahu di mana asal usulnya.

Walaupun, politik Kota Belud mencorakkan percaturan dan warna warni politik negeri ini, namun kesunyian mengenai gossip, sepak terajang politik yang negatif juga turut menumpang tuah. Isu kegagalan para pemimpinnya membawa pembangunan, isu pembangunan yang kononnya merugikan segelintir rakyat, isu pembangunan yang kononnya menguntungkan pihak kontraktor dan juga isu pemimpin yang salah laku dari segi moral politik telah mengambil tempat dalam warna warni politik Kota Belud.

Kota Belud adalah satu daerah yang unik kerana kawasan ini berdiamnya kaum-kaum yang saling memerlukan. Kawasan ini tiada kaum yang boleh menguasai kaum lain, atas sebab jumlahnya yang seimbang. Kawasan ini adalah daerah contoh, penyatuan kaum atas sebab yang disebutkan tadi.

Akhir-akhirnya akibat pertandingan merebut kepimpinan parti dalam soal ini parti Umno, sedikit sebanyak terburainya persefahaman antara etnik yang ada. Terburainya persefahaman ini bermula diambang PRU-12, dimana calon untuk daerah ini bagi kawasan parlimen kembali kepada asas atau zaman mula-mula merdeka, bahawa kawasan ini pernah diwakili oleh bukan anak watan daerah ini.

Ekoran pelonggaran tersebut, maka sokongan padu kepada parti BN telah melonggar, buktinya apabila majoriti yang diperolehi calon BN begitu merosot sekali, walaupun menang.

Belumpun meredanya perlonggaran pautan tersebut, perebutan jawatan ketua bahagian Umno, telah menyaksikan tewasnya penyandang. Tewasnya penyandang ini telah mengakibatkan percantuman yang diusahakan akibat pru-12 bukan menyempit malah melonggar.

Diluaran memang nampak tiada perbalahan, kerana pemenang beranggapan, bahawa "Winner Take All" namun hakekatnya tidak demikian.

Persoalanya sekarang, apakah corak dan permainan politik Kota Belud seperti yang telah diasaskan sebelumnya hanya berupa bueh atau riak-riak atau seperti carik-carik bulu ayam lama-lama bercantum semula? atau kah sama seperti kata bloger KELAPA MAWAR "Seperti enau dalam belukar melepaskan pucuk masing-masing"

Apabila kita baca blog KELAPA MAWAR umpamanya pokok pangkal tulis bloger ini tertumpu kepada para pemimpin Kota Belud yang telah season dan sekarang termasuk pemimpin baru yang baru muncul saudara Japlin Akim.

Bloger Kelapa mawar cuba mengetengah kebaikan,kekurangan dan malah hipotesis mengenai para pemimpin ini. Persoalannya apakah segala tulisan mengenai mereka ini akan menjadi pedoman atau sempadan kepada para pemimpin ini? atau kah mereka hanya beranggapan, bahawa tulisan-tulisan ini hanya merupakan kabut? apabila ditiup angin maka gunung akan ternampak semula.


17 December 2009

Pakatan Bergolak Walaupun Menang Pilihanraya Kecil

Jika dilihat pada angka, Pakatan Rakyat menang 6-2, iaitu enam daripada lapan pilihan raya kecil yang diadakan sepanjang tahun 2009.

Kemenangan PR tersebut adalah bagi kerusi Parlimen Kuala Terengganu (Terengganu) dan Bukit Gantang di Perak serta kerusi Bukit Selambau (Kedah), Penanti dan Permatang Pasir (Pulau Pinang) dan Manik Urai (Kelantan).

Manakala Barisan Nasional pula memenangi kerusi negeri Batang Ai, Sarawak dan Bagan Pinang, Negeri Sembilan.

Dari satu aspek, kemunculan pakatan pembangkang dilihat mampu memainkan peranan "mengawasi dan menegur" terhadap pentadbiran Barisan Nasional dalam melaksanakan tanggungjawab terhadap rakyat.

Di sebalik kejayaan tersebut, PAS, DAP dan Parti Keadilan Rakyat (PKR) yang membentuk pakatan pembangkang masih mencari formula terbaik ke arah mewujudkan persefahaman jitu sesama mereka.

Matlamat jangka pendek adalah jelas iaitu untuk membentuk kerajaan baru, namun dalam jangka panjang, perjuangan Pas untuk menubuhkan negara Islam tidak boleh diterima DAP.

Tanggungjawab untuk membawa ketiga-tiga parti kepada pemuafakatan terletak di bahu ketua pembangkang Datuk Seri Anwar Ibrahim yang berusaha agar percanggahan matlamat antara Pas dan DAP tidak menggugat keutuhan pakatan tersebut.

Namun begitu, riak-riak pergolakan tetap berlaku. Suatu ketika Pengerusi DAP Karpal Singh mengancam supaya DAP menarik diri jika PAS masih mahu melaksanakan hukum Hudud dan qisas sekiranya gabungan itu berjaya mengambil alih pemerintahan negara.

Menteri Besar Kedah Datuk Seri Azizan Abdul Razak pula bertegas bahawa PAS juga boleh membuat kenyataan berbentuk ugutan kepada DAP dan PKR sekiranya mereka enggan menerima cara Islam yang dibawa oleh parti itu.

Dalam pada itu, parti yang menerajui pentadbiran di negeri masing-masing berdepan pelbagai isu yang menggugat kewibawaan mereka.

Antaranya di Pulau Pinang, pentadbiran Lim Guan Eng berdepan dengan kemelut penduduk setinggan Kampung Buah Pala manakala Azizan di Kedah menghadapi isu perobohan pusat penyembelihan babi oleh Majlis Bandaraya Alor Setar (MBAS) sehingga wakil DAP Kedah/Perlis bertindak keluar dari gabungan di Kedah.

Di Selangor, kontroversi tercetus ekoran timbul isu moral berhubung exco kerajaan Negeri Selangor yang juga ADUN Bukit Lanjan Elizabeth Wong apabila gambar bogelnya tersiar di khalayak selain isu "kepala lembu" kerana bantahan penduduk terhadap cadangan memindahkan kuil.

Pentadbiran Menteri Besar Tan Sri Khalid Ibrahim juga teruja oleh desakan Pesuruhjaya PAS Selangor Datuk Dr Hasan Mohamed Ali supaya kedudukan Exco dari DAP Ronnie Liu dikaji semula kerana didakwa campur tangan dalam beberapa isu penguatkuasaan oleh pihak berkuasa tempatan termasuk melibatkan penjualan arak di kawasan majoriti Melayu.

PAS mahu Selangor menguatkuasakan garis panduan larangan penjualan arak secara terbuka sepertimana dilaksanakan di Kelantan dan Terengganu tetapi ditolak oleh Menteri Besar yang menyifatkannya sebagai bukan isu.

Di Kelantan, Menteri Besar Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat juga tidak sunyi daripada kontroversi terutama yang melibatkan menantunya yang menjadi Ketua Pegawai Eksekutif Perbadanan Menteri Besar Kelantan dan tawaran menunai haji untuk beliau oleh sebuah syarikat swasta.

Lebih hangat lagi ialah apabila Nik Abdul Aziz mencadangkan supaya PAS mengadakan Muktamar Agung Luar Biasa bagi menukar "dua tiga kerat" pemimpin parti itu yang dikatakan merujuk kepada Presiden Datuk Seri Abdul Hadi Awang, Timbalan Presiden Nasharuddin Mat Isa, Setiausaha Agung Datuk Mustafa Ali dan Pesuruhjaya PAS Selangor Datuk Dr Hassan Ali.

Ini kerana Nik Abdul Aziz dikatakan tidak boleh menerima apa jua cadangan ke arah kerajaan perpaduan dengan Umno dan BN.

Di Sabah, PKR dilanda krisis kepimpinan berikutan pelantikan Mohamed Azmin Ali sebagai ketua perhubungan negeri oleh Anwar yang mendorong Datuk Dr Jeffrey Kitingan meletak jawatan sebagai naib presiden PKR.

Tetapi tamparan paling hebat bagi pakatan tersebut ialah apabila pakatan itu hilang kuasa di Perak ekoran tindakan tiga wakil rakyat iaitu dua daripada PKR dan satu dari DAP mengisytiharkan diri menjadi anggota Dewan Undangan Negeri (ADUN) Bebas dan menyokong BN pada Februari lepas.

Dalam kemelut itu, pemimpin mereka dianggap "menderhaka" dan biadap dalam tindak-tanduk mereka terutama kerana tindakan undang-undang terhadap Sultan Perak Sultan Azlan Shah.

Ekoran itu, Karpal dengan marah menuduh Anwar tidak layak menjadi pemimpin bagi pakatan kerana mendakwa Anwar bertanggungjawab mempromosikan budaya lompat parti.

Seterusnya kenyataan anggota Parlimen Shah Alam dari PAS, Khalid Abdul Samad mengenai bai'ah atau sumpah taat setia bahawa akan jatuh talak tiga terhadap isteri masing-masing jika wakil rakyat mereka mengkhianati parti, juga mencetuskan kontroversi hebat.

Kontroversi yang berlarutan menimbulkan tanda tanya apakah laluan ke Putrajaya masih lagi jelas seperti dibayangkan Anwar awal tahun ini.

Ketika ini Pakatan memiliki 82 kerusi Parlimen berbanding 137 BN dan tiga Bebas.

15 December 2009

Media Alternatif Saingan Baru Kerajaan

MENTERI dalam Negeri Datuk Hishamudin telah menjahirkan amaran kepada para bloger yang menurutnya tidak beretika. Apakah amaran ini akan membuatkan para bloger menjadi musuh kerajaan, sehingga kemudahan laman blog akan ditutup? Sama-sama kita tunggu kesudahannya.

Selepas pemecatan Anwar Ibrahim daripada kabinet Dr Mahathir Mohamad, internet telah menjadi medan untuk melawan propaganda pemerintah yang didukung oleh media arus perdana.

Pada ketika itu lahirlah laman-laman web seperti Anwar Online, Laman Reformasi, Mahazalim, Mahafiraun, Laman Marhaean dan, pada penghujung 1999, Malaysiakini.

Penguasaan regim Dr Mahathir terhadap media arus perdana telah menyebabkan rakyat dahagakan sumber maklumat alternatif, tambahan pula media arus perdana seringkali "menggelapkan" berita-berita mengenai penentangan terhadap regim Dr Mahathir.

Pada ketika itu, akhbar parti pembangkang seperti Harakah dan akhbar independen seperti Eksklusif

Perubahan ini menyebabkan regim Dr Mahathir memulakan tindakan "ganas" terhadap media yang menentangnya pada 2000 apabila Harakah dihadkan pengeluarannya kepada dua kali sebulan (daripada lapan kali). Mingguan Eksklusif pula ditamatkan permitnya bersama majalah Detik.

Kebangkitan mahasiswa pada 2001 menyebabkan regim Dr Mahathir memulakan tindakan ganas mereka terhadap mahasiswa. ISA digunakan untuk menahan Mohd Fuad Ikhwan daripada Gamis dan Khairul Anuar Ahmad Zainuddin dari UBU.

Dr Mahathir gali 'lubang kubur'

Faktor penting yang membolehkan BN memerintah Malaysia lebih daripada 50 tahun, antaranya, kerana selama ini mereka memonopoli maklumat dan berita.

Sebelum internet, rakyat Malaysia hanya menerima maklumat dari satu sumber sahaja, yakni media arus perdana.

Media arus perdana seperti Utusan Malaysia, Berita Harian, New Straits Times, The Star, RTM dan TV3

Dr Mahathir ibarat menggali "lubang kubur" BN apabila menggesa rakyat cintakan teknologi maklumat (IT). Jika kita masih ingat, kempen Cinta IT ini begitu hebat sehinggalah penyanyi popular Siti Nurhaliza turut menyampaikan sebuah lagu Cinta IT yang seringkali dimainkan di TV dan radio.

Perkembangan media alternatif melahirkan sebahagian besar rakyat Malaysia yang bergantung dan lebih percaya kepada laman-laman web alternatif berbanding media arus perdana. Ia dapat dibuktikan apabila berlakunya sesuatu peristiwa besar, laman-laman web alternatif terpaksa menampung pembaca yang begitu ramai.

Kelumpuhan BN dalam memonopoli maklumat menyebabkan berlakunya gejala yang digelar "tsunami politik" pada 8 Mac 2008. Keberkesanan internet terbukti apabila BN kalah di hampir kesemua kawasan bandar di Semenanjung Malaysia dan hanya bergantung kepada undi penduduk luar bandar.

Jika tiada bantuan kerusi parlimen di Sabah dan Sarawak, sudah pasti BN akan turut terkubur dalam pilihan raya umum lalu.

Perkembangan teknologi maklumat telah menyebabkan lahirnya banyak medium baru di internet untuk menyampaikan maklumat seperti blog, Facebook dan Twitter.

Medium baru ini lebih mudah dan mesra untuk digunakan. Jika dahulu, pemerintah Malaysia hanya berhadapan dengan laman web, kini mereka terpaksa juga berlawan dengan blog, Facebook dan Twitter.

Ramai juga pemimpin BN yang terpaksa membuka blog, Facebook dan Twitter masing-masing untuk turut serta dalam “perang gerilla siber” yang begitu hebat di Malaysia.

Tambahan lagi ketika Malaysia dikatakan menuju ke arah sistem dua parti - apabila BN mempunyai pesaing dalam politik iaitu Pakatan Rakyat. Cabaran pada masa akan datang pasti semakin hebat.

Perjuangan ini tidak akan sia-sia. Hasilnya boleh dilihat hari ini apabila warga Malaysia menjadi lebih cerdik dan bijak politik berbanding pada waktu maklumat hanya dimonopoli oleh satu pihak. memainkan peranan besar yang mendorong perubahan trend pengundian orang Melayu untuk menyokong Barisan Alternatif. memainkan peranan sebagai jentera propaganda pemerintah. Penentang-penentang regim Dr Mahathir akan "dibelasah" melalui media ini.

13 December 2009

Tolak Ansur Dan Saingan Kaum: Catitan Perasmian Perkasa Pribumi Negara Cawangan Sabah

Mukadimah

Sejak akhir-akhir ini, gejolak antara kaum telah menjadi-jadi, apatah lagi hasil tiupan parti-parti yang ingin menonjolkan parti masing-masing agar supaya mendapat sokongan rakyat. Akibat, kegahiraan tersebut, maka isu perkauman ditonjolkan demi membangkitkan semangat kaum-kaum masing, sehinggakan asas pembentukan negara ini diketepikan.

SERING kita mendengar orang berkata bahawa penduduk pelbagai kaum atau bangsa, agama, budaya dan bahasa di Malaysia selama ini dapat hidup ``bersatu padu, aman dan damai'' kerana adanya semangat ``tolak ansur''. Siapakah yang bertolak ansur dan siapakah yang tidak bertolak ansur atau yang menjadi mangsa tolak ansur itu - isu ini makin terasa sejak mutakhir ini.

Sebenarnya, tolak ansur ini merupakan salah satu ``formula khusus'' yang dipersetujui antara orang Melayu dengan kaum-kaum lain semasa Persekutuan Tanah Melayu hendak mencapai kemerdekaan dahulu.

Formula itu ialah, orang Melayu bersetuju untuk memberikan hak kerakyatan kepada kaum-kaum bukan Melayu yang berada di Tanah Melayu berdasarkan prinsip jus soli.

Sebagai balasannya, kaum-kaum lain itu diminta menerima bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa rasmi negara ini, bersetuju supaya Islam dijadikan agama rasmi negara, dan menerima beberapa ``hak istimewa'' Melayu, misalnya dalam bidang perkhidmatan awam.

Sebenarnya, istilah ``hak istimewa'' orang Melayu itu tidak sesuai digunakan, kerana istilah ini boleh membayangkan atau boleh disalahtafsirkan oleh orang lain bahawa orang Melayu telah mengisytiharkan dirinya sebagai bangsa yang ``istimewa'', sebagai golongan kelas pertama, manakala kaum-kaum lain jatuh ke tahap kelas kedua dan ketiga.

Padahal apa yang dikatakan ``hak istimewa'' orang Melayu itu adalah ``hak'' yang diwarisi oleh bangsa Melayu dalam sejarahnya sejak ratusan tahun dahulu, sebelum kedatangan bangsa-bangsa lain di rantau Melayu ini. Misalnya, bahasa Melayu sudah menjadi bahasa kerajaan Melayu, bukan sahaja di Tanah Melayu bahkan di seluruh rantau yang disebut rantau kepulauan Melayu ini sejak sekurang-kurangnya abad ke-12 lagi. Agama Islam juga adalah agama yang dominan di rantau ini.

Jadi, apa yang berlaku ialah warisan atau sejarah ini dikekalkan dalam negara Melayu yang merdeka, yakni yang dibebaskan daripada penjajahan British. British menjajah Tanah Melayu, negeri dan kerajaan Melayu dan bangsa Melayu, bukan negeri, kerajaan dan bangsa bukan Melayu.

Hal ini memang disedari oleh kaum-kaum bukan Melayu, maka kerana itulah apabila orang Melayu bangkit menentang gagasan atau muslihat Malayan Union dalam tahun 1946-1948, kaum-kaum lain tidak menyokong atau tidak ikut menentangnya; mereka menganggap bahawa Malayan Union itu adalah masalah antara orang Melayu, kerajaan Melayu, raja-raja Melayu, dengan kerajaan British, bukan masalah mereka.

Lagipun, pada masa itu mereka bukan rakyat Tanah Melayu, yakni bukan rakyat raja-raja Melayu, jadi tentulah rasa taat setia kepada kerajaan atau raja Melayu tidak ada dalam hati mereka. Mengapa mereka mesti menentang British untuk mempertahankan kedaulatan raja-raja Melayu?

Tetapi oleh kerana salah satu isu yang dibangkitkan oleh pihak British ialah isu perpaduan kaum setelah pihak British meninggalkan Tanah Melayu (seolah-olah semasa British memerintah negeri ini, kaum-kaum itu bersatu padu) maka orang Melayu dan pemimpin kaum-kaum lain bersetujulah mencari `formula'nya. Dari situlah timbulnya semangat tolak ansur tadi, dan sebahagian daripada formula tolak ansur ini dimaktubkan dalam Perlembagaan Persekutuan Tanah Melayu yang digubal oleh Suruhanjaya Reid yang anggotanya semuanya orang luar, dari England, dari India, Pakistan dan Australia - tidak ada seorang pun wakil Melayu atau wakil kaum-kaum lain yang duduk dalam suruhanjaya itu.

Selain formula yang diperlembagaankan itu, terdapat pula tolak ansur lain, misalnya, kuasa politik dan pemerintahan Persekutuan Tanah Melayu hendaklah dikongsi oleh orang Melayu dengan orang bukan Melayu. Maka dibentuklah Parti Perikatan UMNO-MCA-MIC yang memerintah negara ini dari tahun 1957 hinggalah ke hari ini. Teras parti atau kerajaan Barisan Nasional yang ada sekarang ialah perikatan UMNO-MCA-MIC yang dahulu itu.

Jadi, kalau Malaysia mahu terus menjadi negara yang dikatakan ``aman dan damai'', penduduk pelbagai kaumnya hidup ``bersatu padu'', maka formula tolak ansur yang asal itulah yang patut dipertahankan dan dihormati, jangan dipersoalkan, dijadikan isu lagi dan dicairkan dengan pelbagai tuntutan dan desakan yang lain, atau dimusnahkan dengan pelbagai tolak ansur lain yang dibuat oleh mana-mana kaum berdasarkan kepentingan politik, budaya dan ekonomi etnik masing-masing.

Istilah tolak ansur ini, dari segi maksud harfiahnya, boleh ditafsirkan berdasarkan perasaan dan kepentingan pelbagai pihak, dan orang tidak semestinya selama-lamanya menerima ``formula'' yang asal itu.

Cuba kita lihat ragam-ragam makna dan implikasi psikologi istilah ini yang boleh timbul dalam situasi perhubungan etnik, politik, budaya dan sosial di negara ini.

Istilah tolak ansur terdiri daripada dua perkataan yang mempunyai makna yang berlainan, iaitu ``tolak'' dan ``ansur'', Perkataan ``tolak'' bermacam-macam maknanya. Makna asasnya ialah `mendorong' atau `menyorong'. Apabila kita menolak sesuatu, kita menggerakkan sesuatu itu dari tempat asalnya ke tempat lain, atau kita mengalih kedudukannya. Misalnya, menolak kereta yang enjinnya tiba-tiba mati kerana bateri lemah, atau menolak meja atau kerusi. Tetapi perbuatan ini tidak sampai menyebabkan benda yang ditolak itu tumbang atau jatuh.

Tetapi perkataan ``menolak'' juga bererti perbuatan yang boleh menyebabkan sesuatu atau seseorang jatuh, tersungkur, tumbang, dan tergolek. Misalnya, kita boleh menolak seseorang yang sedang berada di tepi parit atau di tepi kolam, sehingga menyebabkan dia jatuh ke dalam parit atau kolam itu.

Tolak juga boleh bererti `mengurangkan'. Misalnya, ``10 tolak 8'' jadi 2. Dalam bahasa Melayu, makna ini digunakan dalam ilmu kira-kira. Maknanya sama dengan perkataan Inggeris minus atau subtract, lawannya `campur' atau `tambah' (dalam bahasa Inggeris plus atau add).

Perkataan tolak dalam bahasa Melayu juga boleh bererti `tidak mahu menerima sesuatu' atau `membuang sesuatu'. Misalnya, `pinangannya ditolak orang', atau `permohonannya untuk mendapat pekerjaan itu ditolak kerana dia tidak fasih berbahasa Inggeris', `calon itu ditolak pengundi', `menolak rezeki', dan lain-lain lagi. Perkataan ini juga digunakan secara metafora atau kiasan, misalnya dalam ungkapan seperti `menolak ombak' dan `menolak angin' (maksudnya, melakukan kerja yang sia-sia). Simpulan bahasa ``tolak tepi'' bererti tidak dipedulikan orang, atau dipinggirkan.

Lawan perkataan tolak ialah perkataan ``tarik''. Apabila kita menarik sesuatu kita melakukan perbuatan menghela sesuatu itu supaya bergerak ke arah kita. Simpulan bahasa ``tarik tali'' bererti sekejap mahu mengalah, sekejap tidak.

Perkataan ``ansur'' pula bererti `sedikit demi sedikit', misalnya dalam ayat seperti `keadaan ekonomi negara beransur baik', `hutang kereta (atau rumah) dibayar secara beransur-ansur tiap-tiap bulan'.

Perkataan ansur juga bererti bergerak meninggalkan sesuatu tempat sedikit demi sedikit, yakni tidak serentak, misalnya `para tetamu mulai beransur meninggalkan majlis'.

Jadi, kalau kita melihat makna istilah tolak ansur ini berdasarkan makna kata-kata yang membentuk istilah ini, bermacam-macam maknalah yang dapat kita berikan kepada istilah ini.

Istilah ini baru wujud dalam bahasa Melayu. Menurut kamus, ungkapan ini bermakna `saling menuruti atau saling memberi, atau berkompromi. Maksudnya barangkali sama dengan maksud ungkapan bahasa Inggeris give and take, makna harfiahnya ialah, memberi dan menerima, tetapi makna simpulan katanya ialah `beralah' atau `mengalah'. Kata akarnya ialah ``alah'' yang bermakna kalah atau tewas.

Makna Tolak Ansur yang membawa erti "Tidak merugikan"

Apabila seseorang itu beralah atau mengalah, dia menyerahkan kehendaknya kepada kehendak orang lain. Si suami boleh jadi mengalah kepada kehendak isterinya, boleh jadi kerana si suami itu terlalu menyayangi isterinya, lalu beralah atau mengalah kerana tidak mahu menyakiti hati isterinya dalam hal-hal tertentu. Orang yang berasa dirinya tidak akan rugi kalau dia beralah kepada orang lain, misalnya dalam pertengkaran atau perbahasan, maka dia akan beralah. Dalam hal ini, beralah belum tentu bererti `kalah'. Orang yang beralah itu boleh jadi hanya pura-pura ``mengalah''. Tetapi ``mengalah'' boleh bererti mengaku kalah.

Bertolak ansur, kalau menurut makna asalnya, boleh bermakna `beralah'', dan boleh juga bererti ``mengalah''.

Dalam perundingan diplomasi, misalnya, sering berlaku perbuatan `sorong tarik'; satu pihak cuba mempertahankan pendiriannya, pihak yang lain cuba memujuk untuk mendapatkan sedikit sebanyak `konsesi'.

Biasanya, pihak yang berasa dirinya kuat, tidak mahu mengalah, malah tidak mahu beralah. Pihak yang lemahlah yang biasanya selalu beralah dan akhirnya mengalah.

Tolak ansur ``yang adil'' hanya berlaku antara pihak-pihak yang berasa bahawa tolak ansur itu tidak akan merugikan pihak masing-masing.

Jika satu pihak berasa dirinya kuat, yang satu lagi lemah, tolak ansur selalunya akan menguntungkan pihak yang kuat itu. Pihak yang lemah tidak ada kuasa dan pengaruh untuk memaksa pihak yang kuat supaya beralah atau mengalah kepadanya. Contoh yang baik ialah, konfrontasi Amerika terhadap Iraq atau terhadap Saddam Hussein: Apa pun kehendak Amerika, termasuk kehendaknya yang terang-terang jahat, Iraq tidak mempunyai kuasa tentera untuk menentang kehendak itu. Beralah dia rugi, mengalah lebih lagi ruginya. Seperti kata pepatah Melayu, menang jadi arang, kalah jadi abu.

Jadi, soal menang kalah dalam dunia hari ini tidak lagi bergantung pada taktik tolak ansur tetapi bergantung pada kuasa, kekuatan (baik kekuatan politik, ekonomi, mahupun kekuatan tentera dan senjata perang) dan daya saingan.

Di Malaysia sekarang, kita perhatikan bahawa orang Melayu tidak dapat dikatakan bangsa yang mampu bertolak ansur lagi, kerana sebagaimana kita tahu, masalah yang dihadapi oleh orang Melayu hari ini, dalam hampir semua lapangan, makin lama makin serius. Setelah sekian lama merdeka - kemerdekaan yang dituntut oleh orang Melayu setelah mereka menentang Malayan Union - orang Melayu masih lemah dalam bidang ekonomi, berbanding dengan kaum-kaum lain.

Bangsa Melayu tidak menguasai sektor swasta - sektor pembangunan negara ini. Pengaruh sektor awam atau sektor pentadbiran awam yang masih didominasi oleh orang Melayu tentunya bergantung pada kecekapan dan keberkesanan birokrasinya untuk mengawal kuasa sektor swasta yang kian berpengaruh dalam menentukan kemajuan kaum-kaum di negara ini dalam bidang ekonomi, perniagaan dan teknologi.

Dalam bidang pendidikan, masalah orang Melayu tidak habis-habis. Walaupun kemajuan orang Melayu dalam bidang ini sudah jauh lebih baik daripada keadaannya sebelum kemerdekaan, tetapi jurang ketidakseimbangannya dengan kemajuan kaum-kaum lain dalam bidang ini makin lama makin meluas.

Dalam bidang politik kuasa demokrasi Melayu tidak lagi sekuat dahulu. Para pemimpin politik Melayu sendiri mengakui keadaan ini apabila mereka berkata bahawa orang Melayu terpaksa bergantung kepada undi bukan Melayu untuk terus berkuasa atau berkongsi kuasa di negara ini.

Dalam BN hanya ada parti UMNO sahaja, tidak ada parti Melayu lain. Ini bererti, lemah UMNO lemahlah kuasa politik dan kuasa pemerintahan Melayu. Apakah ada alternatif lain?

Dalam situasi seperti ini, gagasan bahawa orang Melayu mesti mengekalkan ``ketuanan''nya atau menjadi bangsa contoh di negara ini, tidak akan bermakna lagi. Akibatnya nanti, formula tolak ansur yang dipersetujui dalam tahun 1957, seperti yang tersebut di atas, boleh sahaja ditolakansurkan lagi melalui persaingan yang lebih pragmatik.

Bangsa yang lemah tidak mampu bertolak ansur secara beralah atau secara mengalah. Mereka akan menghadapi masalah untuk mengekalkan apa jua hak yang masih ada padanya dalam dunia yang nasibnya tidak lagi dapat diselamatkan melalui ideologi tolak ansur yang formal itu, melainkan diselamatkan melalui kecekapan bangsa itu, melalui daya saingnya dalam segala bidang, dan lebih penting lagi melalui kecekapan dan kebijaksanaan para pemimpinnya.

Para pemimpin yang tidak mempunyai mutu moral yang tinggi, para pemimpin yang korup, misalnya, pasti tidak akan dapat menyelamatkan bangsanya.

Walhasil, tolak ansur tidak sama dengan perbuatan sorong papan tarik papan atau seperti permainan tarik tali, satu pihak melonggarkan tarikan talinya, yang satu lagi menarik tali yang sudah longgar itu.

Jika ``permainan diplomasi'' seperti ini terus berlaku di negara ini, belum tentulah perpaduan antara kaum akan dapat berkekalan.

Disini lah Perkasa Pribumi Negara perlu menyahut cabaran!

11 December 2009

Najib: Media Baru Penting Untuk Masa Depan Poltik dan Sivil

Datuk Seri Najib Tun Razak berkata beliau sentiasa mengatakan media baru memainkan peranan penting kepada masa depan politik dan sivil rakyat negara ini.

Perdana Menteri berkata medium itu penting bagi kebenaran didedahkan melalui laporan yang bertanggungjawab.

"Oleh sebab itu saya amat berminat bila mendapati ada satu Kod Etika Penulis Blog yang mungkin boleh diterima pakai oleh para penerbit," kata beliau dalam blognya www.1malaysia.com.my pada hari Khamis.

Disiarkan dalam laman berita internet, garis panduan untuk penulis blog itu didasarkan kepada kod etika Persatuan Wartawan Profesional yang berpangkalan di Amerika Syarikat.

Berikut adalah beberapa petikan bahawa penulis blog hendaklah:

- Jujur dan adil dalam mendapatkan, melapor dan menginterpretasi maklumat,

- Jangan sekali-sekali menciplak,

- Mengenalpasti dan membuat pautan pada sumber apabila sesuai dan boleh dilaksanakan,

- Jangan sekali-kali menyiarkan maklumat yang diketahui tidak tepat dan jika menyiarkan maklumat yang boleh dipersoalkan, pastikan dijelaskan akan keraguan tentang maklumat tersebut,

- Bezakan antara sokongan, komentar dan maklumat berdasarkan fakta,

- Mengakui akan kesilapan dan membetulkannya dengan segera,

- Perlihatkan cita rasa yang baik. Elakkan daripada memenuhi kehendak rasa ingin tahu yang mengerikan atau sensasi,

- Jelaskan setiap misi blog dan alu-alukan dialog dengan khalayak ramai tentang kandungan dan cara pengendaliannya oleh penulis blog,

- Mendedahkan pertentangan kepentingan, penggabungan, aktiviti dan agenda peribadi,

- Mematuhi standard yang tinggi yang sama seperti mana yang mereka harapkan daripada pihak lain.

Najib berkata beliau mendapati standard seperti itu amat penting ke arah membina satu dialog yang dihormati serta produktif dan akan berusaha untuk patuh kepada standard itu sedapat mungkin.

10 December 2009

Benarkah Pemimpin Pilihan Parti Juga Pemimpin Rakyat??

Sebelum PRU-12, pernyataan ini ada benarnya bagi pemimpin barisan nasional, kerana sebelum itu siapa sahaja pemimpin sesebuah parti yang mempunyai hierakhi dalam parti, pasti menang dalam pilihanraya.

Tidak hiranlah apakah pemimpin yang dipilih oleh parti itu ada skandal tertentu, tetapi apabila bertanding pasti menang. Disebabkan itulah, di setiap pemilihan parti, individu yang ingin mendapatkan tempat dalam parti bertungkus lumus jiwa dan raga serta kewangan untuk mendapatkan tempat dalam parti.

Selepas PRU-12, imuniti yang ada kepada pemimpin sesebuah parti BN ternyata tercacat, kita menyaksikan ramai pemimpin parti BN yang kecundang. Melalui PRU-12, rupanya pemimpin sesebuah parti yang dipilih oleh ahli-ahli parti, bukan lagi merupakan pemimpin di mata rakyat.

Pada 24hb April, 2009, Perdana Menteri yang juga presiden UMNO telah mengumumkan senarai kepimpinan UMNO dalam majlis tertinggi UMNO maupun Pengerusi perhubungan UMNO negeri berserta timbalannya. Dalam perlantikan tersebut, asasnya adalah mereka yang telah menang dalam parti, walaupun ada yang tewas dan tidak bertanding turut juga dilantik atas alasan bahawa pemimpin yang dilantik itu dirasakan masih dapat menyumbang kepada parti.

Pesanan rakyat melalui PRU-12 rupanya telah menjadi asas utama kepada Datuk Seri Najib dalam melantik safnya dalam MT UMNO. Beliau merasakan bahawa kemenangan dalam pilihanraya tidak semestinya calon itu adalah mereka-mereka yang dipilih oleh ahli-ahli parti, kerana ahli parti hanya sebahagian kecil daripada pemilih pada masa pilihanraya.

Diharapkan bahawa barisan kepimpinan UMNO kali ini dapat menghakis anggapan rakyat , bahawa pemimpin sesebuah parti itu bukan merupakan pemimpin di mata rakyat. Krisis anggapan atau persepsi bahawa pemimpin tertinggi atau pemimpin yang diketengahkan kepada rakyat bersifat “saya ini pemimpin”. dapat diperbaiki dan kalau boleh dijadikan sempadan serta dilipat baik-baik dalam lipatan sejarah para pemimimpin yang pernah melakukannya.

Slogan Perdana Menteri” Satu Malaysia, Rakyat Didahulukan dan Pencapaian diutamakan” semoga mejadi landasan kepada saf baru ini selain prinsip 6M: Musyaratah (menepati syarat kejayaan) Mua'tabah (menghakis sifat-sifat buruk) Mu'aqabah (mengekalkan tindakan yang benar) Muraqobah (mengawal diri secara berterusan) Muhasabah (menilai diri) dan Mujahadah (berusaha bersungguh-sungguh).

Rakyat yang menolak sebahagian pemimpin BN melalui PRU-12 maupun pada 7 pilihanraya kecil, tiga parlimen dan 4 DUN selepas PRU-12 menunjukan rasa geram sebahagian pengundi dan masih tidak dapat menerima bahawa mereka perlu diwakili oleh parti BN.

Selain rasa geram sebahagian rakyat, ada juga rakyat yang beranggapan bahawa pilihan alternatif terpampang di depan mata, bagi mereka yang berpandangan demikian, siapapun yang mewakili mereka dan pihak manapun yang menang status quo keputusan PRU-12 tetap sedemikian sehinggalah menjelang pru-13.

Mereka telah bosan dengan keadaan yang serupa selama berpuluh-puluh tahun, mereka ingin berubah. Mereka terbiasa dengan kapal yang sama, mereka merasakan bahawa kapal yang sedia ada tidak dapat menampung lagi muatan yang banyak, kerana telah mengalami renovasi sana sini. Mereka hendak merasakan kapal baru.

Lumrah manusia, selalu berkehendakan yang baru-baru. Hendak pakaian baru sempena menyambut hariraya, tahun baru atau perayaan-perayaan keagamaan lain. Mengubah persepsi yang melanda rakyat kini amat sukar.Mereka telanjur membuat keputusan. Mengubah keputusan mereka memerlukan masa, walaupun merubah keputusan amat mudah dilakukan jika kehendak dan aspirasi seorang itu terkena PILARNYA.

Sebahagian anggota parti pemerintah menyalahkan penolakan sebahagian rakyat ini kepada nahkoda yang mengendali. Menurut mereka, kerana nahkoda yang tidak becus kurang luwes, maka rakyat berpaling tadah. Mereka inginkan penggantian nahkoda untuk mengemudi kapal yang sama. Menurut mereka, semoga nahkoda yang baru, dapat mengemudi kapal dengan berhati-hati, mengelak terlanggar karang-karang di laut, mengelak badai yag bertiup, mengurangkan muatan yang bersifat “melukut ditepi gantang”, menenggalamkan muatan yang dianggap kedaluwarsa, disamping menjemput naik muatan baru yang segar-segar dan dianggap baru dan masih berbungkus kerana baru.

Nampaknya melalui nahkoda baru dengan para kelasi yang baru, cara pengemudian yang baru, cara menentukan arah yang serba baru, walaupun tujuan destinasi adalah sama.

Para pengendali kapal lama yang serba baru, diharapkan dapat mengubah anggapan rakyat, bahawa kapal lama tidak boleh ditumpangi lagi, boleh tertarik semula menumpang kerana walaupun kapal lama, tetapi kapal ini telah dilakukan “overhull” yang menyeluruh, di mana peralatan yang lapok telah diganti dengan yang canggih-canggih, enjin lama telah digantikan enjin terkini, Cuma mempertahankan badan yang lama kerana ada unsur sejarah dan warisan.

Pertaruhan barisan atau saf baru UMNO ini adalah kapal lama yang telah canggih menghadapi kapal baru yang belum teruji di lautan badai dan masih separuh jalan menuju destinasi yang masih di cari-cari.

Semoga saf baru ini dapat mencari pemimpin seperti mereka untuk diketengahkan kepada rakyat yang benar-benar pemimpin di mata rakyat, bukan di mata ahli-ahli parti. Kata bidalan: Biar riuh seluruh kampung, kampung terus maju dan tidak tersia-sia.

Pertanyaanya sekarang, adakah pemimpin seperti itu? Dalam rekod telah tercatit nama Tan Sri Isa Samad sebagai pemimpin yang mana di mata para ahli Umno dan Pakatan termasuk Tun Mahathir, bahawa Isa Samad berpekong, namun di mata rakyat, beliaulah WIRA.

Blog Archive

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Labels

Labels